Diobok-obok dokter cowo


Kemarin aku pergi periksa ke obgyn sekedar cekup dan ini kali pertama aku ke obgyn cowo karena terpaksa.
Obgyn ini jadi pilihan terakhirku karena tidak berhasil mendapatkan appointment di obgyn cewe. Kenapa? Karena ternyata di daerah tempat tinggal terbaruku dokternya pada songong dan money oriented. Kebanyakan hanya menerima pasien yang menggunakan asuransi privat, karena dari pasien-pasien ini mereka dapat menagih lebih banyak ke perusahaan asuransi privat tersebut. Sementara kalau yang asuransi negara ya dapat duitnya standard.

Berhubung daerah ku ini merupakan suburb dari suburb paling bergengsi se-München dan bahkan menurut bos ku yang kelahiran jerman dan orang Bayern asli adalah daerah paling mahal se-Jerman alias tempat tinggalnya para prominent atau borju-borju sejerman, maka tidak heran para dokter lebih suka sama pasien yang pake asuransi privat. Rakyat jelata sekelas aku ini jadi sengsara. 3 dokter yang aku telepon, hanya dokter cowo ini yang menerima orang misquenn. Terhina sekali rasanya sudah bayar BPJS ala Jerman mahal-mahal, tapi tetap kesulitan dapat pelayanan kesehatan yang diinginkan. Kali pertama mengalaminya setelah hampir 7 tahun bermukim disini, membuatku makin benci kota kecil tempat aku tinggal sekarang.

Begitu masuk praktik dokternya, kesan pertamaku adalah: kecil amat tempat prakteknya. Tapi customer service nya ramah banget dan memberiku formular yang harus diisi pasien baru dan bertanya apa mau sekalian rahimku di-ultrasonic, karena untuk ini ada biaya tambahan. Kemudian aku bertanya balik dan sayangnya dia tidak dapat menjawab pertanyaanku sehingga aku disarankan untuk bertanya ke dokter sebelum memutuskan menggunakan pelayanan ini.

Waktu tunggu cukup pendek, karena dalam 5 menit setelah aku mengembalikan formular tersebut, tekanan darah diukur. Tak lama kemudian namaku dipanggil si dokter. Untungnya dokternya udah lumayan tua dan surprisenya aku tidak malu sama sekali telanjang bulat dan mengangkat kakiku tinggi2 di kursi pasien untuk menunjukkan onderdil keramatku ini. Si dokter pun beraksi tanpa basa-basi langsung mengobok-obok dengan perkakas saktinya. Aku hanya bisa pasrah menahan rasa tidak nyaman tanpa mau tahu apa yang dilakukan si dokter dibawah. Setelah itu diraba-raba deh payudaraku untuk mencek kondisi payudara apa ada bibit tumor/ kanker payudara. Proses ini lebih parah lagi karena aku ga bisa menahan tawa saking gelinya.

Pic from this site
Selesai sudah eksperimen si dokter di bagian tubuhku yang paling keren ini. Kemudian aku duduk di kursi dokter dan bertanya segala macam hal yang aku sudah persiapkan jauh-jauh hari sebelum appointment. Keluar ruangan lumayan puas dengan jawaban si dokter tetapi aku lupa menanyakan soal ultrasonic rahim. Aku tanya si customer service nya apa dengan ultrasonic ini miom bisa kelihatan, karena aku mau pastikan semuanya baik-baik saja. Begitu si CS mengangguk, akupun membayar 35€ dan menunggu lagi untuk masuk ke ruang dokter. Dokternya keluar dan si CS kasih tau dia kalau aku mau ultrasonic. Dan si dokter pun dengan bingung menjawab, " Lah kan sudah saya ultrasonic tadi. Tinggal tunggu hasil kalau ada kanker atau miom di rahim, kita kontak lagi kalau ada apa-apa". Dan aku pun sontak menyadari kebodohanku yang membuang 35€ untuk pelayanan yang dilakukan dokternya tanpa aku minta. Mau minta balik duitnya, aku tengsin, karena memang Ultrasonik adalah pelayanan tambahan. Ini ibarat dikasih rezeki gratis sama Tuhan, eh aku malah milih beli hik hik hik. Pelajaran berharga, kalau ke dokter ga senyaman apapun, perhatikan dengan jeli apapun yang dia lakukan biar duit beli cream wajah tidak hilang.


Inggo Lia

No comments:

Post a Comment

Instagram