Corona dari Mata Anak Rantau di Jerman

COVID-19, semua mengenalnya. Aku pun ingin sedikit menuliskan dan menumpahkan pendapatku mengenai virus ini. Tapi sebelumnya aku harus disclaimer dulu bahwa tulisan ini murni dari sudut pandangku dan kemungkinan tidak sesuai dengan pendapat kalian dan mungkin bagi kalian berbau konten rasis. Tapi sekali lagi ini adalah tuangan pikiran aku semata-mata. Kalian bisa mengemukakan pendapat dan ketidaksetujuan di kolom komentar.

pic from here
pic from here

Tidak pernah terbayang dalam pikiranku bahwa saat aku hidup terjadi Pandemie yang merugikan seluruh manusia di muka bumi ini. Corona! Per hari ini sudah ada sekitar 47.000 penderita di Jerman dengan jumlah case baru sekitar tiga ribuan. Italia, negara yang paling merasakan dampak negativ dari Corona, mengalami setidaknya 600 kematian setiap harinya. Angka yang sangat mengerikan. Karena bertetangga dengan negara ini dan memiliki seorang teman berkebangsaan Italia, angka ini lumayan berdampak di aku. Setiap aku melihat update kondisi di Italia (yang tentunya cukup sering di program TV Jerman) aku merasa sedih dan langsung teringat temanku si F. F merupakan salah satu kolega terdekatku di kantor yang lama dan sampai sekarang kami selalu tetap memelihara kontak. Aku tahu kebiasaan F yang selalu pulang ke Italia 2x sebulan saat weekend, tetapi sejak 2 bulan ini dia tidak bisa pulang karena dilarang orang tua, pacar, dan keluarganya yang berada di Italia. Ketika aku ingat dan sempat aku message si F untuk menyampaikan belasungkawa ku pada korban-korban Corona di negaranya dan menanyakan kabar keluarganya. Kami hanya bisa bersyukur bahwa keluarganya sampai saat ini sehat-sehat.

Ketika Corona mulai menyebar luas di Jerman, banyak orang Cina yang merasa dan protes menerima perlakuan tidak adil dari penduduk disini. Di salah satu grup yang aku ikuti di Facebook, ada seorang yang menyebutnya virus Cina dan sontak semua orang Cina yang ada di grup itu protes sampai ada yang berkomentar `kamu ada masalah sama orang Cina?´ yang dijawab dengan ´teman hidupku berasal dari Cina´. Bagaimana menurut kalian? Apakah bagi kalian Corona adalah virus Cina? Bagiku iya! Aku yang dulunya tidak ada masalah dengan bangsa dan penduduk Cina berubah menjadi sangat skeptis pada mereka. Aku menyayangkan tingkat kebersihan dan kebiasan makan orang Cina, menyalahkan pemerintahnya yang dengan sengaja menutupi Corona meskipun dari akhir November 2019 virus ini sudah menampakkan diri. Virus ini berasal dari Cina, kenapa merasa rasis saat disebut virus Cina, karena memang itu kenyataannya? Cina, negara yang taunya hanya mencontek teknologi negara lain, saat benar-benar bisa menciptakan (dan tentunya hanya penyakit), kenapa mungkir? Ya sama kayak VW, BMW, Audi, Porsche dibilang orang mobil Jerman, kenapa kita ga boleh bilang Corona adalah virus Cina? Logika sajalah.

Angka kematian di Jerman sendiri akibat Corona termasuk rendah. Kurang dari 300 orang dari 47.000. Salah satu penyebabnya adalah karena penderita di Jerman adalah orang muda. Sementara di Italia didominasi oleh lansia. Jika hal serupa terjadi di Jerman, dijamin persentasi kematian di Jerman juga setinggi Italia, karena di Jerman banyak sekali orang tua yang berusia 80 tahun keatas bahkan 90 tahunan. Salah satu penyebab lain karena memang tidak bisa dipungkiri medis dan teknologinya di Jerman jauh lebih baik dibanding negara Eropa lain. Tapi saking bagusnya, penduduk dan pemerintah Jerman anggap remeh akan Corona. Misalnya pada pertengahan Februari pemerintah Jerman dengan begonya mengekspor berjuta-juta masker ke Cina untuk membantu mereka. Aku hanya bisa tertawa miris saat itu. Seminggu kemudian mereka menyadari bahwa di Jerman kekurangan masker sementara angka penderita meningkat drastis. Akhir Februari ada kebijakan untuk tidak mengekspor ke Cina haha. Kebodohan total! Meskipun baru-baru ini pemerintah mengumumkan baru saja membeli 10 Juta masker untuk rumah sakit, buktinya banyak rumah sakit yang tetap kekurangan.

Kebodohan saat ini adalah pemerintah di salah satu kota di perbatasan Perancis menerima pasien-pasien kritis dari Prancis untuk ditangani disana. Kemanusiaan memang baik, tetapi jika di daerah itu angka penderita Corona yang kritis meningkat, maka tidak akan ada lagi fasilitas medis untuk menampung mereka, penduduk Jerman nya sendiri, karena kan tidak mungkin membuang penderita kritis, penduduk Prancis, yang sedang ditangani dan sudah duluan memenuhi ruang ICU? Well, well, well memang terkadang negara tempat ku bermukim ini terlalu kelewatan kemanusiaannya dan memberi dampak negativ ke penduduknya sendiri (contoh: pengungsi siria yang taunya cuma makan pajak).

Sementara bumi belahan lain sedang terjangkit Corona dan masih berusaha memeranginya, angka pengidap Corona yang baru di Cina setiap harinya semakin berkurang. Entah itu angka benar atau mungkin hanya karangan pemerintah Cina semata untuk menunjukkan ke dunia bahwa mereka berhasil memerangi Corona, tidak ada yang tahu. Pada saat orang sibuk membagikan berita berbau ´Tiongkok bangkit´di SNS mereka, aku berpikir sebaliknya. Mengapa bagi kalian itu berita yang positiv? Tidakkah kalian melihat bahwa aktifitas mereka mulai berjalan normal dan mulai memproduksi lagi? Ekonomi mereka akan bangkit lagi dan semua negara akan tetap memproduksi barangnya di Cina karena biaya yang rendah, sementara negara-negara lain mengalami krisis ekonomi besar-besaran akibat lock down di berbagai kota bahkan total di satu negara (red. Italia). Bisnis banyak yang tutup. Di Jerman pemerintah sudah menyuntik dana sekitar 750 miliar Euro untuk menyelamatkan pengusaha-pengusaha kecil dan menengah dalam menghadapi krisis ekonomi. Orang-orang yang sudah kehilangan pekerjaan sudah tidak tahu lagi berapa pastinya, tapi sudah jutaan. Ini masih baru awal krisis. Di berita yang kutonton di TV kemaren malam, di USA bahkan sudah tercatat 3,3 juta orang yang kehilangan pekerjaannya akibat krisis ekonomi yang disebabkan oleh Corona. Jika Corona berkepanjangan sampai berbulan-bulan, tidak tahu lagi seberapa besar krisis ekonomi di dunia ini.

Jerman sendiri memetik pelajaran yang pahit dari Corona ini. Ketergantungan produksi terhadap Cina, saat ini terutama terkait dengan masker dan alat-alat pelindung yang dibutuhkan tenaga medis. Karena produksi di Cina lumpuh total untuk beberapa minggu, mereka tidak dapat memproduksi alat-alat, antibiotika, dan obat-obat lain. Pemerintah berkomitmen untuk mengurangi ketergantungan ini dengan kedepannya akan memproduksi lagi produk-produk ini di negara sendiri. Semoga tidak hanya produk kesehatan, melainkan satu-persatu produksi dikembalikan ke negara sendiri atau dialokasikan di negara tetangga di Eropa. Ketergantungan ini terjadi di seluruh dunia seperti Spanyol yang minggu ini baru saja menghabiskan 400 juta Euro untuk membeli masker dan alat medis lain dari Cina. Miris bukan? Membeli dari negara yang memproduksi virus itu sendiri?

Banyak yang aku ingin ketikkan perihal Corona ini. Tetapi sudahlah...di lain waktu mungkin akan kulanjut. Tetapi bagiku lebih baik Cina tenggelam dan musnah oleh wabah Corona dibanding negara-negara lain terutama di negaraku: Indonesia dan Jerman...

Inggo Lia

No comments:

Post a Comment

Instagram