Drama Surat Suara PEMILU 2019


17 April 2019 merupakan hari bersejarah bagi bangsa Indonesia. Tidak hanya bagi masyarakat di dalam negeri tetapi juga di luar negeri, pasalnya ini saatnya ditentukan masa depan bangsa ini melalui calon presiden yang dipilih pada saat PEMILU. Meskipun kami yang di luar negeri tidak membayar pajak lagi ke Indonesia, kami tetap terdaftar sebagai WNI dan berhak memberikan suara kami ke negara.

Setelah menjadi golput pada PEMILU 2014 yang lalu, aku bersikeras agar kali ini suaraku tidak hangus. Tepat hari ini pun aku sudah menjalankan kewajibanku dengan mengirimkan kembali surat suara ku per pos ke PPLN Frankfurt menggunakan jasa pos yang ekspress sehari. Meskipun pada akhirnya aku mendapatkan surat suaraku, tapi aku cukup kecewa dengan cara kerja PPLN Frankfurt. Ternyata meskipun sudah diluar negeri, yang namanya birokrasi tetap sukses jaya mengikuti mental dan cara Indonesia. Beginilah drama surat suara akhirnya sampai dan diterima olehku:
  • Minggu pertama April aku mulai resah karena surat suara belum sampai juga. Ternyata dari grup-grup Jerman yang aku ikuti di sosmed, banyak juga yang belum mendapatkan surat suara dikarenakan adanya keterlambatan dari Indonesia (menurut pengakuan PPLN Frankfurt). Sementara yang ada di Hamburg dari akhir Maret sudah mendapatkan surat suara mereka.
  • Awal minggu kedua April aku akhirnya kirim email ke PPLN April berikut foto paspor dan alamat terbaruku incase mereka salah kirim ke alamat lama. Disini aku dapat jawaban otomatis bahwa PPLN Frankfurt tidak melayani pengiriman lagi dan perubahan alamat. Tapi aku tetap acungkan jempol disini karena ternyata esoknya mereka tetap balas emailku. Kesimpulannya adalah mereka sudah mengirimkan C6 berikut surat suaraku dan statusnya sudah terkirim. Tak lupa mereka kirimkan nomor kirimnya agar aku bisa lihat statusnya. Begitu aku cek ke situs logistik nya, statusnya memang 'terkirim' tetapi terkirim kembali ke PPLN Frankfurt karena aku tidak lagi tinggal disitu sejak 2 tahun yang lalu. Disini aku sudah mulai pesimis karena untuk mencek status 'terkirim' kembali ke mereka saja, PPLN tidak punya waktu. Meskipun sudah pesimis untuk mendapatkan surat suara karena waktu sudah mepet, aku tetap membalas email PPLN dan memberitahu mereka bahwa surat suara ku dikirim ke alamat lama.
  • Hari kamis, tanggal 11 April, peserta PEMILU yang mengalami nasib sama denganku dan protes tertulis di beberapa grup Jerman, mulai mendapatkan surat suara mereka. Tidak semua tetapi setidaknya berkurang jumlah orang yang golput. Disini aku sudah pesimis total bakal golput lagi. PPLN Frankfurt tapi meng-email aku ulang  untuk menjelaskan bahwa mereka pada hari rabu pagi, sudah mengirim ulang surat suaraku. Sampai jumat aku tidak mendapatkan suratku.
  • Jumatnya aku dapat sms dari Gerhard, pemilik rumah yang aku tinggali sampai akhir tahun lalu. Dia memberitahu bahwa masih ada surat untuk aku yang dikirimkan ke alamat tersebut. Disini aku agak berharap kalau diantaranya adalah surat suara. Aku hanya menjawab Gerhard kalau aku datang sabtu pagi untuk mengambil surat-surat tersebut.
  • Sabtu ke rumah Gerhard dan diantara 4 surat ada surat ukuran besar dari PPLN Frankfurt. Seketika rasa kecewaku hilang saat membaca nama pengirim PPLN Frankfurt di bagian atas surat. Senang sekali rasanya suaraku tidak hilang. Benar-benar senang, seperti anak kecil yang dikasih cek 5 juta.
Bagaimanapun aku tetap tidak mengerti bagaimana caranya surat suaraku dikirimkan ke alamatku yang 2 tahun lalu. Karena untuk menjadi peserta PEMILU luar negeri, kami sudah diharuskan mendaftar dari setahun yang lalu. Kalau tidak salah akhir Mei atau awal Juni 2018 sudah dimulai pendaftaran ini. Kami pun harus mengirimkan nama dan passport kami agar terdaftar. 

Lalu masalah alamatku. Aku pindah akhir tahun 2018. Setelah daftar di bulan Juni 2018, aku agak ragu jika KBRI Frankfurt hanya menyimpan alamat lamaku yang sudah tidak aku tinggali sejak pertengahan tahun 2017. Karena itu di awal bulan Juli aku kirimkan permohonan ganti alamat ke PPLN Frankfurt. Kemudian pada saat pindah lagi aku memang lupa ganti alamat sampai awal April tidak sampai-sampai suratku.

Aku kirimkan alamat baru ke PPLN Frankfurt mungkin sudah agak telat. Tapi jika kenyataannya mereka kirim ulang surat suaraku setelah aku mengirimkan alamat baruku, kenapa mereka tidak langsung menujukan suratku ke alamat itu? Malah mengirimkan ke alamat keduaku? Lalu pertanyaan berikutnya: pada akhirnya mereka kirimkan ke alamat keduaku. Berarti mereka menyimpan data alamat keduaku. Lalu kenapa kali pertama mereka kirimkan surat ke alamat terlamaku? Semisal dari awal dikirimkan ke alamat keduaku, si Gerhard masih siap menyimpankan surat-suratku.

Kesimpulannya persiapan satu tahun entah digunakan untuk apa. Persiapan satu tahun tetapi hasilnya SKS (sistem kebut semalam). Sampai saat inipun ada sekitar 700 orang pemilih yang terdaftar di wilayah pemilihan Frankfurt, yang tidak mendapatkan surat suaranya. Salah satu solusi yang diberikan PPLN Frankfurt adalah datang ke Frankfurt untuk mencoblos. Tetapi jika banyak diantara mereka seperti aku yang notabene dipisahkan jarak 400 km dari Frankfurt, maka mereka menjadi Golput secara terpaksa, karena ketidakprofesionalan panitia. Satu lagi yang disayangkan adalah untuk pengiriman surat suara, PPLN Frankfurt menggunakan jasa logistik GLS yang terkenal sangat tidak bagus. Beli meja besar online saja bisa hilang jika dikirim dengan GLS, apalagi surat. Untuk urusan sepenting surat suara, GLS, karena biaya yang mungkin lebih murah, dijadikan sebagai partner pengiriman. Setidaknya 50 % pemilih yang tidak menerima surat dikarenakan oleh keteledoran GLS. Secara langsung ini merupakan keteledoran PPLN memakai jasa mereka.

Inggo Lia

No comments:

Post a Comment

Instagram